Rabu, 29 September 2010

Anyelir

Tahun 2006 adalah tahun pertamaku bekerja di SD Tarakanita. Aku mengajar di kelas 2 Anyelir. Kelas pertama dan terakhir. Kelas yang menyimpan banyak kenangan, segala tawa dan tangis pernah tercurah di sana. Muridku ketika itu berjumlah 43 siswa. Sangat banyak untuk  awal pengalamanku mengajar. Begitu banyak karakter siswa yang kutemui. Kucoba memahami satu demi satu. Mereka begitu unik dan menyenangkan. Semakin hari, semakin dekat yang kurasakan. Aku andaikan mereka seperti anak-anakku sendiri, walau tak sedikit yang memanggilku cici. Mungkin ketika itu aku terlihat masih muda, sehingga mereka merasa dekat. Dengan penuh semangat, kulewati hari demi hari di sekolah itu. Walau banyak tantangan yang menghadang, tapi aku tak goyah dan slalu berusaha belajar menjadi guru yang terbaik untuk mereka. Itu semua kulakukan, karena mereka dan seseorang di sana yang menjadi semangatku.
Salah satu murid yang memberiku senyuman dan semangat untukku adalah Gischa. Ketika awal bertemu, terlihat pendiam dan pemalu. Tapi selama belajar kutumbuhkan semangat dan percaya dirinya. Kuperhatikan dia ketika sedang beraktifitas. Tubuhnya lincah berlari bersama teman, rambutnya indah dengan pita yang menghias di rambutnya, wajahnya manis dengan lesung pipitnya. Anak yang dulu pemalu, sekarang tumbuh menjadi remaja yang cantik. Walau tidak lagi bersama dalam satu kelas, tapi kami slalu dekat menceritakan semua hal yang berkesan. Dia pendengar yang baik untuk semua cerita-ceritaku, dia yang pertama kali memberiku semangat ketika aku sedih, dia  yang membawa salamku untuk Pak Sabar dan Pak Taryo ^-^, dia yang pertama kali tertawa ketika aku tidak berani naik halilintar (:sory), dan dia juga yang pertama kali complain ketika aku datang dan tak bisa menemuinya.
Gischa yang baik, waktu mungkin tidak bisa di putar, semua kebersamaan Gischa dan teman-teman adalah kenangan yang terindah untuk Ibu Ana. Seseorang pernah berkata kepada ibu: Semua pengalaman yang pertama dan terakhir adalah sesuatu yang sangat berkesan, dan tidak akan mungkin terlupakan. Harus tekun belajar dan patuh kepada mama dan papa, serta baik dengan semua teman ya. Walau Bu Ana jauh, percayalah ibu akan selalu membuka hati untuk mendengar semua cerita Gischa, memberi Gischa semangat, dan berdoa kepada Tuhan Yesus agar slalu membimbing Gischa dalam tiap langkah hidupmu.
                                                  Bu Ana sayang Gischa..
                                                                                                               -Dedicated to Audrey Gischa-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar